THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

0

SD NEGERI 1 KARANGWARU TULUNGAGUNG

.

SELAMAT DATANG SOBAT

Staf tenaga pengajar dan tata usaha

Selasa, 23 Februari 2010

Antisipasi Akibat Fatal Demam Berdarah

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, selama periode Januari sampai Februari 2009 tercatat 4.290 pasien DBDm, dimana 1 orang diantaranya meninggal. Jakarta timur 1.279 orang dan 4 orang meninggal. Jakarta Selatan 1.247 orang dan 1 orang meninggal, Jakarta Utara tercatat 817 pasien DBD dan 1 orang meninggal, Jakarta Barat terdapat 482 pasien dengan 2 orang meninggal dan terakhir Jakarta Pusat dengan 464 pasien dan 4 orang diantaranya meninggal. Demikian dikatakan Dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB dalam acara PAPDI Forum tentang "Antisipasi Akibat Fatal Demam Berdarah", yang diselenggarakan belum lama ini (23/4) di Jakarta.

Dr. Ari mengatakan, bahwa penyakit Infeksi demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus DHF tampaknya akan selalu ada di bumi Indonesia ini. Penyakit DBD ini merupakan penyakit endemis yang selalu kita temukan sepanjang tahun dan jumlah kasusnya akan meningkat pada waktu-waktu tertentu terutama pada masa Pancaroba factor penyebab infeksi ini dibawa oleh Nyamuk Aedes Aegypti, dengan masa inkubasi waktu dari masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya penyakit adalah 4 sampai 6 hari. Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah prinsip utama adalah terapi suportif diagnosis yang cepat serta terapi yang tepat yaitu menjaga volume cairan di dalam tubuh dan kebutuhan makanan dan cairan terutama bila pasien sulit makan dan minum, dll, sehingga angka kematian dapat ditekan hingga kurang dari 1 %.

"Gerakan-gerakan pemberantasan yang dilakukan sampai sejauh ini belum melibatkan masyarakat secara luas. Sebagian besar gerakan yang dilakukan hanya satu arah dari pemerintah. Jika ada kunjungan pejabat turun kebawah seolah-olah tampaknya masyarakat sudah bergerak, dan disisi lain memang pemerintah sudah menyebar poster-poster tentang penyakit ini dan mencanangkan gerakan 3M (menutup, Menguras, Mengubur) namun belum ada evaluasi mengenai langkah-langkah ini apakah efektif atau tidak. Tetapi yang jelas kasus DBD selalu ada di masyarakat dan selalu ada kasus yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Potensi masyarakat belum digaji secara maksimal", ujar Dr. Ari.

Sementara itu Dr. Leonard Nainggolan, SpPD KPTI mengatakan, pasien demam berdarah dengue (DBD) yang berbadan gemuk akan lebih berat menderita dibandingkan pasien yang tidak gemuk. Sebab, total "body water" pada orang gemuk jauh lebih sedikit dibanding orang normal. Risiko DBD bukan terletak hanya pada menurunnya trombosit, tapi kekurangan cairan pada tubuh pasien bisa berakibat fatal pada kematian.

"DBD hingga saat ini tidak ada obatnya, tapi DBD bisa sembuh sendiri sesuai pulih atau tidaknya tubuh pasien itu sendiri. Yang terpenting pada pasien DBD memperhatikan siklus waktu terjadinya demam. Siklus waktu bisa mempredikasi kapan masa kritis dan pemulihan pasien berlangsung", tegasnya.

Menurut Dr. Leonard, pasien DBD mengalami kekurangan cairan pada tubuhnya. Sementara pasien muntaber terjadi pengeluaran cairan lewat mulut karena muntah dan buang air besar sehingga terjadi dehidrasi. Sedangkan pasien DBD, dehidrasi juga dialami melalui cairan pembuluh darah. Dehidrasi ini terjadi di dalam tubuh.

"Disebut masa kritis jika terjadi kebocaran plasma yang menyebabkan trombosit rendah. Namun harus diingat, setiap pasien kondisinya akan berbeda satu dengan lainnya, begitu pula pembuluh darahnya", ujarnya.

Dr. Leonard mengatakan, ada pasien yang trombositnya sudah sangat rendah, tapi karena pembuluh darahnya agak tebal tidak mudah pecah dan berdarah-darah. Sebaliknya, ada yang pembuluh darahnya tipis, begitu plasmanya pecah terjadi pendarahan hebat. Padahal trombositnya bagus.

0 komentar:

FAVOURITE

Edittag