Kabupaten Tulungagung identik dengan nama ketoprak Siswo Budoyo yang legendaris itu. Tapi itu dulu, sekarang Tulungagung sudah tak punya ketoprak itu lagi, meski ketoprak dengan nama yang sama sekarang pentas rutin dan menempati salah satu gedung di kompleks THR Surabaya.
Ketoprak Siswo Budaya pernah pula tercatat sebagai pemenang kedua Festival Ketroprak se-Jawa Bali di Surakarta.Dan sekarang, dari 13 (tiga belas) grup ketoprak yang tercatat tahun 1996/1997, hanya 2 (dua) yang masih tersisa. Itupun hanya pentas sesekali saja. Sisa-sisa pemain Siswo Budoyo memang masih ada. Kadang-kadang pentas dengan nama Siswo Budoyo juga, yang dikoordinasi oleh Sumidi, menantu Pak Siswondo (pendiri Siswo Budoyo). Ikon lain yang masih bertahan adalah sosok seniman kontemporer bernama Moelyono, alumnus ISI Yogyakarta dan Sanggar Sastra Triwida, pimpinan Sunarko Budiman, yang memiliki 69 anggota hingga ke beberapa kota di Jatim, yaitu: Malang, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Lamongan, Kediri, dan juga Suriname. Terhadap kegiatan Sanggar Triwida, Pemkab Tulungagung memberikan dukungan yang menggembirakan. Dalam acara Temu Sastra dan pemberian Anugerah Sastra Triwida yang diadakan
Perguruan Tinggi atau sekolah Kesenian. SMKI Siswo Budaya (1990-an) sudah bubar bersama dengan ketoprak Siswo Budaya. Organisasi kesenian yang ada, kebanyakan sudah bubar semua, antara lain: Paguyuban Budayawan Tulungagung (Pawanta), dibawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, berdiri tahun 2000, sempalan dari Dewan kesenian Tulungagung (DKTA). Yang tersisa hanya Pepadi (ketua Sun Gondrong) dan Permadani, ketua Ema Kusnadi.
Gedung aktivitas kesenian, antara lain Gedung Dekranasda (pernah untuk pameran lukisan), Sanggar Bhakti Pramuka. Media
Aktivitas kesenian tingkat kabupaten. Festival Macapat antarguru (SD, SMP, SMA) tahunan, festival tari tahunan oleh Sanggar Kembangsore setiap ulang tahun sanggar, festival Jaranan (2003) tidak ada lagi. Lembaga Kesenian, memang ada Dewan Kesenian Tulungagung (DKTA), yang dipimpin Soeharto, pensiunan Kabag Pemerintahan, yang juga pelukis, namun keberadaan lembaga ini menurut penilaian beberapa seniman dan staf pemerintahan setempat, ibarat antara ada dan tiada, DKTA tidak pernah ada kegiatan sama sekali. Kalau toh ada pameran lukisan, hanya diikuti oleh Soeharto yang mengatasnamakan DKTA.
0 komentar:
Posting Komentar